Friday, May 11, 2018

Terimakasih dan Selamat



Bersyukurlah mereka yang memiliki orang tua yang tidak hanya melihat perkembangan anak dari nilai akademis saja, tetapi juga melihat perkembangan dari hal kecil lain di luar akademik. Bersyukur pula lah, sekolah jika bisa bermitra dengan orang tua yang seperti itu. Orang tua yang turut mendukung program sekolah, serta yang berterima kasih kepada sekolah atas program-program yang dilaksanakan.

“Pada intinya, saya berterimakasih kepada Al Azhar. Dulu anak saya kalau kita dekati saat dia sedang menyanyi sedikitsaja, dia langsung diam. Sekarang, dia malah sudah berani tampil bernyanyi di depan umum.” Ungkap orang tua murid kepada saya, saat saya berkunjung ke rumah murid untuk keperluan home visit.

Hati saya hangat ketika mendengar kalimat yang terucap dari orang tua murid tersebut. Sebagai seorang guru yang baru mengajar setahun, dan di tahun ke dua diamanahi sebagai wali kelas, saya merasa sangat bersyukur dipertemukan orang tua yang tidak hanya menuntut ini itu kepada sekolah, namun juga mengucapkan terima kasihnya kepada sekolah atas peningkatan anaknya dalam kepercayaan diri. Menyenangkan bukan?

Jika orang tuanya saja sebaik itu, kira-kira bagaimana dengan anaknya? Anaknya, alias murid yang sedang kuceritakan kepada kalian ini, juga memiliki kebaikan hati yang tak jauh dari orang tuanya. Dia adalah murid yang tidak hanya sekedar menghormati gurunya, tetapi menyayangi dengan tulus. Bukanlah tipe seorang anak yang hormat terhadap guru jika di depan, dan ternyata menggunjing di belakang. Bagaimana sayabisa menyimpulkan demikian? Karena murid inilah yang melakukan deep conversation malam hari dan akhirnya malah menangis sedih karena merasa tidak terima jika ada yang menghina gurunya. Dia merasa bahwa bapak ibu guru yang mengajarnya, adalah bapak ibu guru yang tulus mendedikasikan hidupnya untuk kebaikan muridnya. “Aku nggak tahu kenapa aku bisa sayang sama guru-guru, Bu” kurang lebih begitu kalimat yang dikirimkan ke saya melalui pesan cepat. Sebenarnya, saat membacanya, hati saya nya pun menghangat. Sama seperti ketika orang tuanya mengucapkan terimakasih atas perubahan pada diri anaknya. Akan tetapi, suasana haru itu berubah saat dia mengirimkan fotonya yang sedang menangis. Mungkin dia melakukan itu biar saya percaya. Padahal tanpa itupun, saya juga sudah percaya kok. Ada beda yang jelas, murid-murid yang tulus menyayangi, dengan murid-murid yang hanya sebatas pencitraan saja. Interaksi guru dan murid di dalam pendidikan, sejatinya bukan hanya interkasi transfer ilmu pengetahuan saja, akan tetapi interaksi tersebut adalah interaksi batin yang berlangsung tidak hanya satu atau dua hari, namun berlangsung cukup lama. Dan mana mungkin, dalam waktu yang lama itu, interaksi batin tidak bisa mendeteksi antara yang tulus dengan yang modus?

Jika di awal saya mengenal dia, orang tuanya berterimakasih kepada Al Azhar, maka hari ini,ketika dalam beberapa jam lagi akhirussanah berlangsung, maka ijinkan saya mewakili Al Azhar dan segenap bapak ibu guru beserta karyawan Al Azhar, mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan kepada murid-murid, termasuk murid ini. Terimakasih atas kepercayaannya telah memasukkan putrinya ke sekolahan yang bapak ibu gurunya tak banyak memiliki pengalaman. Terimakasih bersedia bertahan di Al Azhar untuk belajar bersama menjadi pribadi yang lebih baik. Terimakasih atas balasan yang diberikan atas kasih sayang kami (bapak ibu guru) kepada segenap murid beserta orang tua. Selamat atas prestasi yang diraih. Semoga prestasi yang diraih bisa diikuti dengan prestasi-prestasi yang lain. Akhirnya, kalimat terakir yang bisa terucap adalah “kami bangga! makasih!”


Semarang, 12 Mei 2018
Vina House, tempat akhirussanah SMA Islam Al Azhar 14 digelar.
Dia adalah…… (klik aja)